I left my Blue.. I left my Red.. I Left my Purple.. I left my Green.. I Left my White.. And now I gather them here..

“Hinggu-Hinggu hekoah a Makh? Kok fpatuan howo takh ?” 1), terdengar suara yang kemudian tertawa. Aku menoleh ke samping, melihat seorang pemuda seusia kuliahan sedang kesusahan memakai sandalnya. Ia kemudian berdiri di depanku memperbaiki letak sandal di kaki kanannya seraya menyindir lagi “hekoah kok hendino, heheh”2). Kulanjutkan memakai sepatu putihku tanpa ekspresi. “Ada kegiatan di kampus, makanya dia bawa tas”, akhirnya kubiarkan teman kosku yang menjawab pertanyaan pemuda itu.

Sebut saja Lukman, pemuda yang selalu kesusahan memakai alas kaki sebelah kanan. Padahal sandal itu baik-baik saja. Masalahnya ada di kaki sebelah kanannya, bukan hanya itu, sebelah kanan badannya tak berfungsi sebagaimana mestinya. Termasuk kemampuan bicaranya yang kemudian terganggu. Wajahnya tidak simetris, mata kanannya juling. Bila tersenyum, maka bibir yang tertarik hanya sebelah. Yang paling terlihat dari Lukman adalah tangan kanannya, selalu ditekuk ke atas, dengan jari-jari tak bisa lurus, selalu menggenggam.

Sesekali penjual nasi campur di depan kos bercerita padaku, “Yo iku Mas, asale yo gak popo, lahir sehat wal afiat, sampe pas cilik, ketabrak sepeda ontel, trus awake panas, pale cacat ngunu”3). Lukman baru membeli dua putung rokok Dji Sam Soe di warung favoritku itu, tentu saja bukan untuknya. Dengan kondisi fisik yang berbeda itu, membuatnya seperti menjadi budak anak-anak muda di komplek ini. Bukan cuma remaja, bahkan anak-anak kecil pun tak asing kujumpai sedang mengerjainya. Pernah kulihat dia marah, namun, jarang sekali ada yang peduli.

Tapi jangan kaget, saat waktu adzan tiba, suara Lukman lebih sering terdengar di langit komplek ini, mendahului suara para mahasiswa yang mengaku aktifis rohis. Bila Ramadhan tiba, Lukman selalu terlihat di barisan jamaah putra shalat Tarawih. Hampir selalu mendapat kesempatan di barisan paling depan!!. Lukman mengalami kesulitan bila harus takbir, tangan kanannya akan bergerak liar, dan selalu dipegangnya erat-erat bila bersedekap. Kadang-kadang bila terlepas, bisa tak sengaja memukul jamaah di sebelah kanannya, tentu saja sakit bila terkena, otot di kanannya sudah mengeras dan kaku.

Aku teringat pada Ai, tetangga di kampung halamanku, seorang bocah laki-laki yang terkena Down Syndrome4), sering orang bilang dengan idiot. Seperti pada umumnya, anak seperti Ai akan dijauhi teman-teman seusianya, dipermainkan amarahnya, dan disuruh yang tidak-tidak. Untung ada orang-orang yang masih peduli dan memberikan tempat nyaman untuknya, musholla. Saat ini, Bila maghrib tiba, Ai akan selalu menyenandungkan sholawat nabi dengan beberapa kata yang kurang lengkap dan nada yang overtune5). Indah sekali menurutku, meskipun mungkin menurut beberapa kalangan menjadi haram membiarkan seorang bocah menyenandungkan sholawat yang kurang kata-katanya. Gema suaranya selalu mengiringi matahari untuk terbenam di ufuk barat.

Sungguh adil kuasa Allah SWT terhadap hambanya. Dengan berbagai macam kekurangan yang dimiliki makhluknya, Ia selalu memberikan jalan untuk tetap mendapatkan ridho dan karunianya. Ai dan Lukman, sosok yang sampai saat ini masih kuanggap sebagai saudara sendiri. Karena bagaimanapun juga aku mungkin juga mengalami kelainan psikis. Menurut diagnosaku sendiri, aku mengalami bipolar disorder tipe satu6) dengan kemungkinan komplikasi MPD7), atau diagnosaku yang kedua, hypocondrium8). Kami sama-sama memiliki kekurangan, tapi Allah akan selalu ada untuk memberikan sesuatu yang lebih dari yang orang lain punya.

Aku terus mengamini doa sang Imam hingga selesai. Sedikit terkejut, ada yang menghantam lengan kiriku. Aku membuka mata, Lukman dengan susah payah menyodorkan tangan kanannya yang kaku padaku. Akupun paham, kugenggam genggaman tangan yang selalu menggenggam itu. Dengan berdoa dalam hati, semoga jalan kita dimudahkan olehNya. Amin

FAKTA:Kelainan Mental mengenai hampir 12 % dari populasi dunia-kurang lebih 450 juta-atau 1 dari 4 orang di dunia akan mengalami penyakit mental. Masyarakat pada usia muda adalah golongan yang memiliki resiko terbesar terhadap psikosis. (Diagnostika,2008)

1)”Hinggu-Hinggu hekoah a Makh? Kok fpatuan howo takh ?” (minggu-minggu sekolah ta mas? kok sepatuan gowo tas?) = Minggu minggu sekolah kah Mas? Kok pake sepatu dan membawa tas?
2)”hekoah kok hendino, heheh” ( skolah kok bendino) = sekolah kok setiap hari
3)”Yo iku Mas, asale yo gak popo, lahir sehat wal afiat, sampe pas cilik, ketabrak sepeda ontel, trus awake panas, pale cacat ngunu”= Ya itu Mas, asalnya tidak kenapa-kenapa, lahir sehat wal afiat, sampai waktu masih anak-anak, ketabrak sepeda, badannya panas, lalu jadi cacat begitu
4)Down Syndrome= sindrom “muka asia”, akibat hilangnya satu alel kromosom di barisan genetik. Biasanya disebut idiot oleh masyarakat.
5)Overtune=alunan nada yang selalu naik dari bait satu ke bait selanjutnya (bait satu dari do, bait dua dari mi,bait tiga dari shol, dst)
6)Bipolar disorder=penyakit yang berupa perubahan sifat, dari hiperaktif ke depresi dan sebaliknya secara berulang-ulang.
7)MPD=Multiple Personality Disorder, biasa disebut dengan kepribadian ganda.
8)Hypocondrium=Penyakit mental yang ditandai dengan perasaan subjektif bahwa pasien sedang sakit, padahal secara fisik dan organik tidak ada kelainan.

Comments on: "Neurosis, Psikosis, Mental Disorder.. Kami…" (1)

  1. heumm,,bagus penalarannya. Saya juga punya ide lain tentang kelainan mental, kita sering menyebutnya dengan Neurosis dan penyakit mental dengan Psikosis…

Leave a comment